Porsi Ayat:
Mazmur 38:14-15 “Tetapi aku ini seperti orang
tuli, aku tidak mendengar, seperti orang bisu yang tidak membuka mulutnya, ya,
aku ini seperti orang yang tidak mendengar, yang tak ada bantahan dalam
mulutnya;”
Dalam hal membahas tutur kata, kita tidak hanya membahas mengenai berbicara
tetapi harus pula memperhatikan bagaimana mendengar. Bagaimana mendengar hal
yang tidak wajar di dalam gereja disebabkan banyak orang yang ingin bahkan
senang mendengarkan. Karena banyak orang yang membutuhkan makanya banyak juga penyuplainya.
Banyaknya orang yang mengucapkan dengan kata-kata yang najis, kritik, yang jahat,
hasutan, dan kata-kata dari lidah yang bercabang, semuanya itu disebabkan
karena banyaknya permintaan untuk mendengarkannya. Hati manusia licik
berliku-liku dan picik. Manusia senang akan perkataan-perkataan semacam itu.
Karenanya banyak orang yang menuturkan perkataan-perkataan itu. Jika anak-anak
Allah mengetahui mana yang boleh diucapkan dan mana yang tidak boleh diucapkan,
maka dengan sendirinya mereka akan belajar mengenal tutur kata mana yang boleh
didengarkan dan mana yang tidak boleh didengarkan.
Ada seorang pernah berkata bahwa ada orang yang telinganya seperti tong
sampah. Adakah orang membuang sampah ke dalam periuk nasi Anda? Tentu tidak ada
orang yang mau berbuat demikian. Jika Anda dapat duduk tenang sambil mendengarkan
perkataan yang menjelekkan orang dan Anda merasa tidak mengapa, itu membuktikan
bahwa Anda adalah sebuah tong sampah, dan Anda sendiri adalah seorang semacam
itu. Sebab orang macam apa senang mendengarkan perkataan macam apa pula. Jika
kita menolak untuk mendengarkan perkataan-perkataan yang tidak wajar, maka kata
kita akan menutup banyak dosa dan membantu banyak saudara. Kita harus belajar
agar diselamatkan dari perkara ini.
Banyak kesulitan di dalam gereja seolah seperti api neraka yang
menyala.Begitu mulai menyala harus segera dipadamkan jangan kita membiarkannya
berkobar. Banyak kesalahan tutur kata disebabkan kesalahan mendengar. Timbulnya
banyak perkataan yang sia-sia, kata-kata jahat, dan dusta, justru karena
dikipas-kipasi oleh pendengar perkataan itu sendiri. Tanggung jawab ini harus sebagian
besar ditanggung oleh si pembicara. Namun si pendengar pun ikut betanggung
jawab. Dihadapan Allah, orang yang mendengar harus menolak hawa nafsu
mendengar. Manusia mempunyai satu keinginan senang mendengar dan senang
mengetahui urusan. Jika Anda dapat menolak keinginan ini maka Anda akan memadamkan
banyak api yang dinyalakan dari neraka.
Seringkali Anda harus belajar untuk tidak mendengar, seperti orang tuli
dan belajar untuk tidak membuka mulut seperti orang bisu. Tutur kata merupakan
pencobaan yang sangat besar. Karena itu, kita harus belajar untuk mengatasinya.
Yesaya pasal 42 adalah nubuat tentang Tuhan Yesus di ayatnya yang ke 19
dikatakan “Siapakah yang buta selain dari
hambaku dan yang tuli seperti utusan yang ku suruh? Siapakah yang buta seperti
suruhanku dan yang tuli seperti hamba Tuhan?” Ingatlah kita akan terhindar
dari banyak kesulitan jika kita tidak mendengarkan perkara-perkara yang najis
yang tidak ada sangkut pautnya dengan diri kita. Kita sendiri sudah cukup
sibuk, kesulitan kita sendiri sudah cukup besar, dan kita sendiri pun sudah
cukup kotor. Maka jika kita dimasuki lagi dengan perkarta-perkara yang dari
luar, maka kita akan tak berdaya menempuh jalan yang di depan. Jalan Tuhan
paling lurus, sedikitpun tidak terdapat masalah pada diri-Nya. Ini adalah suatu
perkara yang besar dan adalah merupakan tahapan yang khusus yang harus dilalui dengan
sebaik-baiknya. Ini juga bukan masalah yang mudah, bahkan lebih sulit daripada
melakukan hal apapun. Kita harus mengeluarkan banyak waktu untuk membina
kebiasaan untuk mengucapkan perkataan-perkataan yang tepat.
Mazmur 141:3 mengatakan “Awasilah
mulutku ya Tuhan berjagalah pada pintu bibirku.” Kita perlu berdoa demikian
yakni memohon Tuhan menjaga bibir kita. Supaya kita tidak sembarangan
berbicara. Kita pun harus memohon Tuhan menjaga telinga kita. Supaya kita tidak
sembarangan menengarkan perkataan-perkataan. Jika demikian, maka gereja akan
terhindar dari banyak kesulitan. Sehingga kita dapat maju, maju kedepan sesuai
dengan jalan yang tepat. Ingatlah jika Anda suka mendengarkan
perkataan-perkataan yang tidak wajar, itu berarti Anda sendiri yang bermasalah.
Kalau Anda mendengarkan dan menerima tanpa menolak itu berarti adalah suatu
penyakit yang besar. Kita wajib belajar menolak buah yang najis
saudara-saudari. Kita harus mengetahui bahwa racun apapun yang dimasukkan ke
dalam anak-anak Allah, pasti akan menyebar keluar. Sehingga menyebabkan orang
menjadi fasik, membuat orang memberontak, membuat orang menjdi kendor. Semoga
Allah mengaruniai kita dan membelaskasihani kita. Agar kita dari awal mau
belajar bertutur kata dan menolak hawa nafsu mendengar. Agar kita menempuh
jalan yang lurus yang telah Tuhan siapkan bagi kita di dalam hidup gereja kita.
Pertanyaan Renungan Singkat:
- Apa saja hal yang menjadi fakta manusia memiliki nafsu
mendengar?
- Mengapa manusia sering jatuh pada kesalahan tutur kata?
- Bagaimana terhindar dari nafsu mendengar?
Komentar
Posting Komentar